19 Feb 2013

Nasib sebuah karya di “negeri kedok”.

 




Percikan unsur kepemilikan dan pencitraan akan menjadi baku ketika sebuah karya mesti lahir dan berusaha membombardir pemikiran dan sudut pandang para penghuni “negeri kedok”. Negeri yang dipimpin dan di perintah oleh para pencari suara terbanyak dan citra terbaik oleh rakyatnya, meski pada kenyataannya semua itu sangat bertolak belakang dengan apa yang ia ucapkan, malah terkadang dengan apa yang mereka janjikan.

Mencoba untuk steril tanpa sentuhan kepicikan dan unsur pemanfaatan justru akan membuat pedang yang mengarah pada para karya itu sendiri. Tidak sampai disitu, materi dan semua yang menjadi sebuah penghargaan terhadap karya tersebut ikut menjadi hidangan manis yang layak di perebutkan oleh para pesohor.
Sampai kapan negeri ini harus berbalut kedok pencitraan semata yang tak pernah sejalan dengan dasar yang mereka lontarkan?

Tidak ada komentar:
Write komentar

Interested for our works and services?
Get more of our update !